Bab Ilmu Hitam dan Ilmu Putih

Ilmu Hitam jelas berbeda dengan ilmu putih. Ia tidak bisa disekutukan lalu menjadi abu-abu, seperti cat tembok. Antara ilmu hitam dan ilmu putih lebih menyerupai papan catur. Bisa berdampingan tetapi sesungguhnya berlawanan.
Ilmu hitam dan ilmu Putih mempunyai perwatakan yang berbeda. Ilmu hitam cenderung merugikan, sedangkan putih membahagiakan.
Lelaku
Persyaratan ilmu hitam sangat akrab dengan dunia kematian. Untuk mendapatkan kesaktian, seorang pelaku ilmu hitam akan melakukan tapa brata di tempat angker atau kuburan dan bersekutu dengan makhluk gaib sang penunggu tempat angker tersebut.
Para memuja Bethari Durga (Ilmu Leak), konon akan berubah menjadi bola api, dan terbang menembus gelapnya malam untuk mencari mangsa, yaitu berupa darah segar dari tubuh bayi yang baru lahir.
Para pemburu Pesugihan, akan memberikan tumbal nyawa kepada setan yang dimintai kekayaan. Tumbal bisa berupa binatang ternak, atau nyawa manusia.
Seorang pencuri akan mengambil tanah kuburan agar berhasil sukses melakukan pencurian. Tanah kuburan tersebut berfungsi sebagai prasarana ajian sirep. Tuah ajian sirep dapat melelapkan seluruh penghuni rumah, sehingga pencuri bisa bergerak leluasa.
Upacara ritual ilmu hitam biasanya juga diselubungi kengerian sebagaimana persyaratannya. Tidak hanya sekedar doa dan mantra, namun juga harus dilengkapi dengan candu, opium, atau minuman berakhohol tinggi. Tak jarang pula diperlukan kucuran darah manusia. Bisa darahnya sendiri, bisa pula darah orang lain yang jadi korban.
Sungguh berbeda dengan ilmu putih. Ritual dapat dilakukan dimana saja asalkan ditempat yang bersih dan suci. Persyaratannya mudah dicari, seperti air putih, garam, kembang (bunga), wewangian (minyak wangi, dupa, kemenyan) dll. Dan syarat itupun tak mutlak harus ada. Jika punya ya disertakan, kalau tidak ada pun ilmu putih tetap bisa bekerja. Karena intinya terdapat pada rapal mantera, sebagai bentuk permohonan kepada Yang Maha Pencipta. Dalam ilmu putih memang masih menyisakan ruang bagi Tuhan.
Ilmu Hitam Tidak Abadi
Ilmu gendam merupakan bagian kekayaan dari ilmu hitam. Salah satu jenisnya sering dipraktekan dijalanan, dipasar, diterminal atau tempat keramaian lainnya. Ilmu gendam mengacaukan mekanisme kesadaran sang korban. Sehingga korban tidak menolak jika diminta, tidak marah walau ditipu.
Namun ilmu hitam tidak abadi, dalam jangka waktu dan jarak tertentu efeknya akan hilang. Sang korban akan kembali sadar ketika pelaku ilmu gendam telah pergi jauh. Jin yang menempati tubuh sang korban akan “oncat” dari tubuh korban. Untuk kembali mengikuti pemilik ilmu gendam setelah waktu tertentu atau jarak radius tertentu. Ilmu Pelet juga sama seperti ilmu gendam dan sirep.
Ajian sirep Begananda yang diamalkan oleh para pencuri juga begitu. Efek sirepnya hanya bekerja sampai sebelum fajar menyingsing. ”…sakdurunge ana handarageno soko wetan”. Sebelum ada Matahari (terbit) dari timur. Perhatikan juga rapal Mantera Ajian Sirep Megananda ini: “…aja tangi yen durung ana geni saka langit pitu,” Jangan bangun sebelum ada api dari langit tujuh (matahari).
Ilmu santet dan tenung, akan berakhir ketika setan yang menempati tubuh sang korban, telah pergi (balik) atau telah dibinasakan.
Karakter ilmu dan Manusia
Ilmu kebathinan (Hitam atau Putih) akan mempengaruhi tingkah laku dan watak seseorang. Karena ilmu juga memiliki perwatakan, bersemayam pada diri manusia dengan perwatakan sama. Perwatakan yang berbeda tidak bisa dipaksakan menempati ruang jiwa yang sama. Artinya seseorang yang berwatak jahat, culas, licik akan bersekutu dengan kekuatan ilmu hitam. Watak kesatria akan memilih aliran putih.
Orang berwatak jahat hanya bisa minta tolong kepada dukun aliran hitam untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Jika memaksakan diri untuk ditolong oleh dukun aliran putih, niscaya cuma akan memperoleh nasehat-nasehat moral.
Karena pemilik ilmu putih cenderung berkata jujur, pembela kebenaran yang sejati, tidak mau menyimpang dari jalan kebenaran dan menempuh cara-cara yang sesuai dengan kebenaran dalam mengatasi masalah.
Bila melakukan penyimpangan niscaya ilmu putihnya akan hilang. Atau akan terjadi pertentangan didalam batin yang akan membuat dirinya stress dan akhirnya jadi gila. Tidak akan berakhir sebelum melepas ilmu gaibnya. Saya pribadi pernah mengalaminya. Oleh karena itu saya bisa memetik hikmah dan mengerti.
Mitos orang berilmu hitam tapi berperilaku baik, bakal mengubah ilmunya menjadi putih atau sebaliknya, adalah lelucon ringan di kalangan dunia kebatinan. Rumusan ngawur seperti itu, tidak ada dalam kamus alam ghaib. Hitam tetap hitam. Putih jadi putih.(rasasejati.wordpress.com).
***

HUKUM MEMAKAI AZIMAT

Halal-Haram Memakai Hizib dan Azimat

Mengamalkan doa-doa, hizib dan memakai azimat pada dasanya tidak lepas dari ikhtiar atau usaha seorang hamba, yang dilakukan dalam bentuk doa kepada Allah SWT. Jadi sebenanya, membaca hizib, dan memakai azimat, tidak lebih sebagai salah satu bentuk doa kepada Allah SWT. Dan Allah SWT sangat menganjurkan seorang hamba untuk berdoa kepada-Nya. Allah SWT berfirman:
اُدْعُوْنِيْ أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Berdoalah kamu, niscaya Aku akan mengabulkannya untukmu”. (QS al-Mu’min: 60)
Ada beberapa dalil dari hadits Nabi yang menjelaskan kebolehan ini. Diantaranya adalah:
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الأشْجَعِي، قَالَ:” كُنَّا نَرْقِيْ فِيْ
الجَاهِلِيَّةِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ؟
فَقَالَ: اعْرِضُوْا عَلَيّ رُقَاكُمْ، لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ
يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ
Dari Auf bin Malik al-Asja’i, ia meriwayatkan bahwa pada zaman Jahiliyah, kita selalu membuat azimat (dan semacamnya). Lalu kami bertanya kepada Rasulullah, bagaimana pendapatmu (ya Rasul) tentang hal itu. Rasul menjawab, ”Coba tunjukkan azimatmu itu padaku. Membuat azimat tidak apa-apa selama di  dalamnya tidak terkandung kesyirikan.” (HR Muslim [4079]).
Dalam At-Thibb an-Nabawi, al-Hafizh al-Dzahabi menyitir sebuah hadits:
Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,
”Apabila salah satu di antara kamu bangun tidur, maka bacalah (bacaan yang artinya): Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah SWT yang sempurna dari kemurkaan dan siksaan-Nya, dari perbuatan jelek yang dilakukan hamba-Nya, dari godaan syetan serta dari kedatangannya padaku. Maka syetan itu tidak akan dapat membahayakan orang tersebut.”
Abdullah bin Umar mengajarkan bacaan tersebut kepada anak­anaknya yang baligh. Sedangkan yang belum baligh, ia menulisnya pada secarik kertas, kemudian digantungkan di lehernya. (At-Thibb an-Nabawi, hal 167).
Dengan demikian, hizib atau azimat dapat dibenarkan dalam agama Islam. Memang ada hadits yang secara tekstual mengindikasikan keharaman menggunakan azimat, misalnya:
عَنْ عَبْدِ اللهِ قاَلَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إنَّ الرُّقًى وَالتَّمَائِمَ وَالتَّوَالَةَ شِرْكٌ
Dari Abdullah, ia berkata, Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “‘Sesungguhnya hizib, azimat dan pelet, adalah perbuatan syirik.” (HR Ahmad [3385]).
Mengomentari hadits ini, Ibnu Hajar, salah seorang pakar ilmu hadits kenamaan, serta para ulama yang lain mengatakan: “Keharaman yang terdapat dalam hadits itu, atau hadits yang lain, adalah apabila yang digantungkan itu tidak mengandung Al-Qur’an atau yang semisalnya. Apabila yang digantungkan itu berupa dzikir kepada Allah SWT, maka larangan itu tidak berlaku. Karena hal itu digunakan untuk mengambil barokah serta minta perlindungan dengan Nama Allah SWT, atau dzikir kepado-Nya.” (Faidhul Qadir, juz 6 hal 180-181).
lnilah dasar kebolehan membuat dan menggunakan amalan, hizib serta azimat. Karena itulah para ulama salaf semisal Imam Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Taimiyyah juga membuat azimat.
A-Marruzi berkata, ”Seorang perempuan mengadu kepada Abi Abdillah Ahmad bin Hanbal bahwa ia selalu gelisah apabila seorang diri di rumahnya. Kemudian Imam Ahmad bin Hanbal menulis dengan tangannya sendiri, basmalah, surat al-Fatihah dan mu’awwidzatain (surat al-Falaq dan an-Nas).” Al-Marrudzi juga menceritakan tentang Abu Abdillah yang menulis untuk orang yang sakit panas, basmalah, bismillah wa billah wa Muthammad Rasulullah, QS. al-Anbiya: 69-70, Allahumma rabbi jibrila dst. Abu Dawud menceritakan, “Saya melihat azimat yang dibungkus kulit di leher anak Abi Abdillah yang masih kecil.” Syaikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah menulis QS Hud: 44 di dahinya orang yang mimisan (keluar darah dati hidungnya), dst.” (Al-Adab asy-Syar’iyyah wal Minah al-Mar’iyyah, juz II hal 307-310).
Namun tidak semua doa-doa dan azimat dapat dibenarkan. Setidaknya, ada tiga ketentuan yang harus diperhatikan.
  1. Harus menggunakan Kalam Allah SWT, Sifat Allah, Asma Allah SWT ataupun sabda Rasulullah SAW.
  2. Menggunakan bahasa Arab ataupun bahasa lain yang dapat dipahami maknanya.
  3. Tertanam keyakinan bahwa ruqyah itu tidak dapat memberi pengaruh apapun, tapi (apa yang diinginkan dapat terwujud) hanya karena takdir Allah SWT. Sedangkan doa dan azimat itu hanya sebagai salah satu sebab saja.” (Al-Ilaj bir-Ruqa minal Kitab was Sunnah, hal 82-83).
***
KH Muhyiddin Abdusshomad
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember

KAJIAN BENDA BERENERGI

Pada prinsipnya, segala makhluk hidup dibumi adalah makhluk berenergi. Dalam arti, memiliki getaran tertentu dengan spesifikasi tertentu. Energi ini tidak bisa musnah. Ia akan bersatu dengan sesuatu yang memberikan media. Getaran batu nisan tua dibanding batu nisan buatan pemahat baru, tentu berbeda. Batu nisan jaman dahulu berasal dari tebangan pohon, setelah sekian ratus tahun, membatu dan menjadi fosil.
Getaran fosil kayu itu, akan mengeluarkan energi, mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Termasuk manusia dan binatang. Ada sebentuk atmosfer tertentu yang dihasilkan fosil itu. Energi yang dihasilkan, bisa negatif atau positif. Bergantung kepada riwayat fosil dan ‘pemilik’ yang tidur dibawahnya.
Langit dan bumi, juga memiliki getaran, bangunan tembok, batu, kayu, bambu yang dibuat jadi rumah tinggal, juga mengandung getaran. Getaran itu bisa mempengaruhi kondisi manusia. Disamping itu getaran jiwa pembuatnya, penghuni atau siapapun yang pernah tinggal dalam sebuah rumah, akan meninggalkan getaran tertentu jika sudah pergi dari rumah tersebut. Getaran itu disimpan dalam media ruang yang ada. Semakin lama mengendap akan berubah menjadi energi.
Getaran nafsu, emosi, kelainan jiwa dan sejenisnya, tentu akan menghasilkan energi negatif. Getaran kekuasaan, kemakmuran, kemenangan akan menghasilkan energi positif. Paling tidak, akan memacu optimisme penghuninya.
Tidaklah mengherankan, banyak orang berburu barang antik peninggalan bangsawan atau orang terpandang, atau milik para pertapa zaman dahulu. Kesemuanya dimaksudkan sebagai sarana untuk ikut mewarisi energi positif yang terkandung pada benda-benda tersebut. Istilah Jawa: nyadhong sawabe. Memang bukan sesuatu yang mustahil, karena energi itu sendiri tidak pernah bisa dimusnahkan. Termasuk energi anda.
Disamping, bisa menciptakan lingkungan berenergi positif, energi manusia juga mampu menyerap energi dari luar tubuhnya.

PRIMBON MANTRA JAWA

 PRIMBON MANTRA JAWA

Berikut ini adalah kumpulan Mantra Jawa, dahulu saya dapatkan selama dalam pengembaraan ilmu kepada para sesepuh dan dari kitab-kitab kuno. Rapal Mantranya masih asli dari sang pengijasah (pemberi ilmu). Belum saya kaji seluruhnya, baru beberapa saja. Salah satunya telah saya posting diblog ini. Bisa saja terjadi perbedaan rapal mantra dengan versi mantra dari kitab lain atau pengijasah lain. Saya tulis apa adanya masih dalam format bahasa Jawa, sesuai dengan yang pernah saya terima. Tujuan saya tulis disini cuma untuk mendokumentasikan mantra-mantra kuno ini, syukur-syukur bisa dikaji bersama, akhirnya bisa dipetik manfaatnya.
Berikut Mantra-Mantranya :
Yen arep tarabrata (tirakat), kudu adus wuwung disik, mantrane:
Niyatingsun adus, angedusi badan kayun, manggih toya rabani, dus lali, dus mani, badan adus den dusi padha badan, roh adus den dusi pada roh, suksma adus den dusi padha suksma, dat teles suksma ngalam, dat urip tan kena kawoworan, urip sajroning karsa, ingsun adus banyu saking kodratolah, byur njaba, suci njeroning badan rabani, alahu sakarsa, alahu alaihi wasalam.
Sawuse maca mantra, banjur adus wuwung kang resik.
Ingsun nutup rahsa, sang sir rahsa payungana ingsun, rahsa mangan cahya, cahya mangan rahsa, langgeng ing ciptaku, tetep mantep tan kena owah.
Mantra diwaca saben bakda magrib kaping 40, yen lagi tarakbrata.
Bismillahirrohmanirrohim. Allahuma sakati’I maut, badanku gumulung cahyoku jumeneng,  ya ingsun ratuning cahyo,  ngadeg ing damar murub, urube murub ing sajroning ati, terus ing paningal, laa  illaa illallaahu,  muhammadurrasullulah.
Mantra diapalke yen duwe niat arep nglakoni sesirih/ pasa.
Bismillahirrohmanirrohim. Niatingsun melek tutuga tekan sedina sesuk, manjing teguh rahayu kang santoso kagunganne Allah.
Manik coyo, bahyo coyo, coyo bahyo, sarine Allah ya Allah kulo nyuwun betah melek. Laa ilaa illallaahu, muhammadurrasuulullah.
Shallallaahu alaihi wa sallam. Shifatullah, qulhu sungsang, tekenku poro malaekat, Nabiku Nabi Muhammad, luputo kang diarah, kenoho kang ngarang. Allahu akbar.
Lakune mutih 2 dina 2 bengi. Mantra yen diwaca kanggo nemu slamet lan ora dijahili wong liya.
Kun kanikun ingsun kun, kowe kama salah, aja angganggu gawe, aku ratuning kun.
Lakune mutih 3 dina 3 bengi, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra diwaca sapisan aja ambegan.
Seh merling, Seh dumeling, dohna ingon-ingonira, sapembalangan dohe karo aku, aja wuruk sudi gawe marang awakku, golek sandhang pangan dhewe-dhewe, aku anak putune Nabi Solaiman.
Lakune mutih 3 dina 3 bengi, wiwite dina Kamis Wage. Mantra diwaca yen  lumaku ana ngalas, utawa ing papan kang sakira ana ulane.
Allahu cahya mulya, sira sun kongkon, sira irupen cahyaning wong agung kang disuwitani, amora lan cahyaku. Laa ilaa illallah, muhammadurrosullullah, sir-sir-sir-sir-sir.
Lakune mutih 3 dina 3 bengi wiwite dina Rabu Pon. Kasiyate mantra iki kanggo nundukake kekuatan suksma negatip wong liya. Utawa mantra diwaca yen weruh wong nyalawadi arep ngalani. Yen ditujuke mungsuhe, “wong agung kang disuwitani” diganti “mungsuh lagi sengit”.
Bismillahirrohmanirrohim. Ono jopo sewu, jopo siji datan tumomo. Sing mandi japaku dhewe. Laa ilaa illallah, muhammadurrosullulah.
Lakune pasa Ngasrep 2 dina 2 bengi lan patigeni sedina sewengi. Wiwite pasa dina Slasa. Mantra diwaca ping 7 saben ba’da salat fardlu. Yen arep dicoba diwaca ping 7 utawa yen arep mangkat perang diwaca ping pisan.
Ana kedawang miber ing tawang alat-alat, macan sewu ing mripatku, macan putih ing dhadhaku, gelap ngampar suwaraku, durga mendhak kala mendhak, teko kedhep teka wedi, teka asih mungsuhku, khodeng madhep manut sakarepku, kersaning Allah.
Lakune mutih 3 dina 3 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Jumat Pahing. Mantra diwaca yen wis adhep-adhepan karo mungsuhe.
Wiyak bumi Wiyak langit, jagad suwung tan ana bebaya, ingsun sajatining manungsa anukarsa bissekulem, tissekulem tan ana babayane, tikur-tikur, tekane tundhuk, mulihe ndhungkul.
Lakune mutih 3 dina 3 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Rebo Pon. Mantra diwaca ten ana babaya, utawa yen mlebu ing alas, sato galak pada wedi.
Sipat Allah ananning Muhammad, sipat Rasul ananing Manungsa, luput sing diarah, kena kang ngarah, banyu erang kulhu sungsang, tekenku Malaekat, pinayungan para Widadari, Nabiku jeng Mohammad Rasullullah alaihi wassalam.
Lakune mutih 3 dina 3 bengi patigeni sedina sewengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca yen pinuju akeh durjana, utawa yen ninggal omah ing wayah bengi.
Allahuma kulhuallah, lungguhku imbar, payungku imbar, wong sajagad kabeh kang sumedya ala marang aku, nyawane kari sadhepa, sa’asta, sakilan. Wong kang sengit marang aku, cupeten angen-angene, sandhang pangane lan sabarang niate kabeh, pet cupet kersaning Allah.
Lakune mutih 7 dina 7 bengi, wiwite dina Kamis Wage. Mantra diwaca yen ana rerusuh utawa yen perang.
Bismillahirrohmanirrohim. Salla’llahu Ibnu birahmatika ya arkamman rahimin
Lakune mutih 7 dina 7 bengi. Mantra diwaca yen ana rerusuh utawa yen campuh perang. Supaya ora kena peluru nyasar.
Bismillahirrohmanirrohim. Allahu akbar Nur arah Nur wantah rubuh lumpuh ketiban palune Gusti Allah. Ojo pisan-pisan tangi yen durung tak gugah nganggo tanganku kiwo. Laa ilaaha illallaah, muhammadurrosullulah.
Sak uwise diwaca banjur didamu’ake ing tangan tengen. Yen mungsuhe klenger, disadarke utawa ditambani  nganggo tangan sing kiwo.
Bismillahirrohmanirrohim. Aku sindhung Aliwungan, si Sindhung dadi klambiku ya kaharuku, sa Liwung ya kamaluhu, sedyaku dadi kutaku, ya ki jamaluhu, si Sindhung Liwung katingalan kaya buta ya jalaluhu asiyung Rasulullah kang tengen lan kang kiwa sakathahing para nabi, dadi siyung kiwa ngemut jagad pramudita tak emut dadi sak pulukan. Laa ilaaha illallaah, muhammadurrosullulah.
Lakune mutih 7 dina 7 bengi lan patigeni sedina sewengi. Mantra yen diwaca, awake kethok gede kaya raksasa.
Bismillahirrohmanirohim. Tulak daya balik, luput kang dinaya kena kang andaya, jahil jahilullah sapa kang jahil dadi satruning Allah, tutup kunci mata kalbu. Laa illaha ilallah, muhammadurrosulullah.
Lakune mutih 7 dina 7 bengi. Mantra diwaca ping 100 pendhak bengi, nganti malem ke-6, sing sewengi (ba’da mutih) cukup diwaca ping 3.
Bismillahirrohmanirrohim. Ya Malaekat Jibril kang nambahi digdayaku, Ya sayyidina Muhammad ya Rosullullah kang ngrewangi ngentengake. Malaekat Israil kang njogo endasku, Allah, Allah, Allah, entheng, entheng, entheng koyo keleyang, empuk, empuk, empuk, koyo kapuk. Laa haulaa walaa quwwata illa billahil aliyyil’azhiimi.
Lakune mutih 7 dina 7 wengi. Diwaca ping 1144 pendhak dina. Mantra yen diwaca kuat nggangkat barang kang abot.
Assalamualaikum ngalasabidina Khidir alaihissalam, assalamualaikum ngalasayidina ngaliyi ratiyalahu, kem-kem pambungkem kang sarwa galak cangkeme pinantek ing paku kencana.
Lakune mutih 7 dina 7 bengi lan nglowong sadina sawengi, wiwite dina Rebo Pon. Mantra yen diwaca, ulo, bajul lan sato galak liya-liyane kabeh ora bisa nyakot lan nyaplok.
Allahuma kulhu buntet, kulhu balik, durga teluh, jim setan peri prayangan padha mara padha mati, jalma mara jalma mati, mati kersaning Allah.
Lakune mutih 7 dina 7 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca mbarengi surup srengenge, diwaca ing banyu diwadahi pinggan, banyu kadamu ping 3, banjur kaombekake marang wong kang kena tenung utawa tujulayar.
Gebyar sapisan sakehing cahya padha sirna, gebyar pindho sakehing roh padha sirep, rep sirep sajagade, kepyar-kepyur si bajul padha lumayu bubar.
Lakune nglowong 3 dina 3 bengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca kanggo nyingkirake baya lan buron banyu kang galak, sarta uga diwedeni wong akeh.
Kulhu buntet, badaningsun Nabi panutan, rasaningsun rasul, tekenku Maloekat, luputo kang den arah, mbalik marang kang ngarah.
Lakune Nglowong 3 dina 3 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Rabu Pon. Mantra diwaca saben bengi yen lagi memungsuhan.
Raga suksma rasa diluwih, aja pepeka sira sun kongkon lolosana otot bayune mungsuhku kabeh, elingna utawa ilangna sedyane anggone memungsuhan karo ingsun iki, nglemprek keder larut saparan-paran ninggal paprangan kersaning Allah.
Lakune patigeni 3 dina 3 bengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca sajroning peperangan, kanggo netralisir nepsu/niat lan ilmu mungsuh.
Bismillahir rohman nirrohim, kulhu geni bismillahir rohmanirrohim, kulhu allah hu ahad, kun payakun, massa’allahu Qadiru abadan-abadan.
Lakune 3 dina 3 bengi patigeni, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra diwaca sapisan, setan tugel bahune tengen, ping pindho: tugel bahune kiwa, ping telu: tugel gulune, ping papat: sirna badane.
Rajah iman kudungku Moloekat Jibril, tekenku Nabi Mohammad, lailaahailallaahu Mohamad rasullullahi salallahu alaihi wassalam.
Lakune 3 dina 3 bengi patigeni, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra yen diwaca diwedeni setan lelembut, teluh braja, tenung tujulayar lan liya-liyane kabeh ora tumama.
Sato mara sato mati, jalma mara jalma mati, setan mara setan mati, buna mara buna mati, sedya ala mati kersaning Allah, lailahailallah Mohamad rasulullah.
Lakune 3 dina 3 bengi patigeni, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra yen diwaca kasiyate sakabehing panggawe ala ora tumama sarta banjur balik marang wong kang gawe piala, sarta jim setan padha wedi lumayu adoh.
Sahadat kencana sun gawa mati nyegeri, sun gawa urip, nguripi, urip kersaning Allah.
Lakune mutih 7 dina 7 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Jumat Pahing. Mantra diwaca yen arep mangkat perang sarta yen methukake mungsuh, lan yen wus campuh perang.
Sahadat ayem wus dumunung neng kalbuningsun, pan ingsun duwe lopak-lopak salaka, isine menur malati sajodo, ora kanta ora kanti, ora uwas ora sumelang, murub muncar cahyaku, gumilang cahyaning Allah, murubing cahya terang kersaning Allah.
Lakune ngebleng 3 dina 3 bengi, wiwite dina Kemis Wage. Mantra diwaca yen arep mangkat perang, sarta yen methukake mungsuh, lan yen wus campuh perang.
Sahadat panatagama, minta salamun, Allah kang basuki, Allah kang suci, Allah bok rara Supiyah, lakinira menyang ngendi, kesah perang, sangune niyat keris bener, tumbak bener, adege sajatining urip, tungganganku jaran napas, lungguhe ana ngesir, sanggawedine pamancade iman, kendaline santosaning iman, cumethine kedeping iman, lapake kang nyangga raga, suksma wesi purasani, dalanmu metu ngendi, metu tepsiring Allah, alarah cahyaning Allah, sing nunggang titiyang agung kitab Qul’an payung kula, tawapmur Nabi WaliAllah bumine nabi panutup.
Lakune ngebleng 3 dina 3 bengi, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra diwaca yen arep mangkat perang, sarta yen methukake mungsuh lan yen wus campuh perang.
Sang kun dat suksma, suksmadiluwih kang ana jatining wawayangan, ni endhang suksmadiningsih kang ngideri jroning wawayangan, sira aja ngaling-ngalingi aku, aku arep katemu kadangku kang sajati, kang langgeng tan owah gingsir, sira metua dak kongkon……………………(disebutake kaperluane)
Lakune ngebleng 7 dina 7 bengi, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra diwaca jam 12 bengi.
Allahumma durgateluh bolak-balik kasumpet, mara ngetan pepet, ngidul sumpet, ngulon rapet, ngalor dempet, kersaning Allah ana tengah dhaleg-dheleg ngedheprek bingung kamitenggengen.
Lakune Ngebleng 7 dina 7 bengi, wiwite dina Jumat Kliwon. Mantra diwaca yen adhep-adhepan karo mungsuh arep perang.
Ingsun kawulaning Allah, kang matek saka suryakumara, bukiyadi angambah jagad walikan, langgeng tan kenaning owah, huyahu, huyahu, huyahu, salalahu alaihi wassalam, dating suci ing sahudaya, ratuning sadatulah, ingsun lanang sejati, kang tan pasah sakehing tumumpang, ampang ngalumpruk kadi tibaning kapuk, yahu jabardas, bar tan tedhas ing keris Soleman lan sakehing gagaman kabeh.
Lakune ora mangan uyah 40 dina, banjur mutih 3 dina 3 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Kamis Wage. Mantra diwaca ana ing paperangan lan yen ana babaya pakewuh.
Niyatingsundhahar, rowaningsun tapa kang dhahar. Niyatingsun sare, rowaningsung tapa kang sare, krana ingsun iki wus kawengku ing alam nasut, Moloekat jabarut yaiku kang dhahar, kang sare jagade sahir kabir, cahya mangan rasa, rasa mangan cahya, cahya mulya, rasa sampurna.
Lakune mutih 3 dina 3 bengi, sarta nglowong 3 dina 3 bengi, wiwite dina Jumat Pahing. Mantra diwaca yen arep mamangan, supaya menawa diracun ing wong, bisa tawar ora tumama.
Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa aalihi washahbihii wasallim, badanku roso sejati. Sejatine roso manjing ono ing tengah-tengahe Ka’batullah.
Mantra diwaca ping 440. Saben sa’wacanan langsung didamu’ake ing watu sing arep diisi.
Sir rahsa cahyaning rahsa, mut maya tejaning maya.
Lakune saben duwe niat arep meruhi sabarang kang durung kelakon, banjur mutih 3 dina 3 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Jumat Pahing. Mantra diwaca kaping 500 saben arep mapan turu.
***

MENGUNGKAP MANTRA

Hakekat Mantra
Sebenarnya mantra tidak punya kekuatan apa-apa. Terbukti bila mantra dibaca oleh orang awam yang tidak mengerti ilmu mantra, maka tidak akan berefek apapun kepada dirinya. Cobalah meminta seorang anak kecil menggenggam gembok lalu suruh membaca mantera Pembuka Gembok tanpa kunci, apakah dijamin bisa terbuka seketika? Atau cobalah baca mantra kebal, kemudian iriskan sebilah pisau ditubuh anda, apakah menjamin badan anda akan kebal? Tentu saja tidak menjamin berhasil! Karena sesungguhnya mantra juga merupakan sebuah doa permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Adapun bila setelah membaca doa atau mantra lalu terjadi kejadian diluar nalar, irasional, kemampuan luar biasa, tentunya semua itu terjadi atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
Semua buku doa dan zikir pasti memuat mantra. Setiap orang Islam meyakini bahwa  ayat suci Al-Quran memang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang beriman (Q.S. Al-Isra:82). Banyak hadist yang menceritakan tentang ayat suci Al-Quran yang berkhasiat sebagai sarana penyembuhan. Misalnya surat Al-Fatihah yang oleh seorang sahabat Nabi, bisa digunakan untuk menyembuhkan orang yang terkena racun ular. Bahkan Ibnul Qayyim, seorang ulama besar, senantiasa menggunakan surat Al-Fatihah untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Meskipun tak satupun orang muslim yang meragukan Al-Fatihah, tapi kenyataannya tidak semua orang bisa mengobati dengan surat Al-Fatihah. Hanya orang yang mengetahui rahasianya, memenuhi syarat dan mendapat pertolongan dari Allah-lah yang bisa mengobati dengan Al-Fatihah.
Walaupun belum bisa menggunakan Al-Fatihah sebagai obat segala penyakit, tapi tak satupun dari umat muslim yang berani meremehkan Al-Fatihah, apalagi mengatakan bahwa Al-Fatihah tidak manjur. Justru mereka menyalahkan diri sendiri karena memang dirinya belum ahli mengobati dengan Al-Fatihah.
Mantra tidaklah sepadan jika disandingkan dengan Al-Fatihah, tapi hendaknya seperti inilah kita menyikapi mantra yang hakikatnya hanya perantara untuk memohon pertolongan Tuhan.
Mantra yang sah
Dipandang dari tujuan permohonan, mantra ada 2 jenis. Pertama, mantra yang sebetulnya adalah doa permohonan kepada Tuhan. Kedua, mantra yang berupa kalimat-kalimat untuk menghadirkan atau meminta bantuan kepada arwah leluhur atau makhluk halus (Jin). Tentu saja mantra jenis kedua ini sebaiknya tidak digunakan karena haram menurut hukum semua agama. Merupakan perbuatan menyekutukan Tuhan (syirik).
Memang tidak dipungkiri bahwa banyak juga lafal mantra yang mengandung kesyirikan, permohonan kepada makhluk halus atau menyekutukan Tuhan. Namun tidak semua mantra seperti itu. Banyak juga mantra yang menyandarkan kekuatan kepada Tuhan. Jelas kalimat dan maknanya. Adapula yang mengandung metafora atau perumpamaan, namun bila mau belajar maka akan dimengerti juga maknanya.
Mensikapi hal ini maka harus bijaksana. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri sangat bijaksana dalam hal ini. Di dalam sebuah hadist Abu Dawud diriwayatkan bahwa ada seorang yang datang kepada Nabi Muhammad saw, dan bertanya: “Pada masa jahiliyah dahulu kami memakai mantra, bagaimanakah itu ya Rasul Allah?” Jawab Nabi: “Bawa kemari mantera kamu itu, kalau tidak ada perkara-perkara syirik didalamnya, maka tidak mengapalah.”
Ini artinya sebelum mengatakan halal-haram, ada baiknya ditelaah terlebih dahulu. Jangan asal “pukul rata”.
Berbagai bentuk laku tirakat dalam Mantra seperti puasa mutih dan lain sebagainya memang tidak ditemukan dalam hadis. Karena ini caranya orang daerah berpuasa. Misalnya di daerah Jawa dikenal puasa Mutih, Patigeni, Ngrowot, Ngasrep dan lain-lain. Mensikapi hal ini juga perlu dikaji dengan bijaksana. Mana yang diperbolehkan mana yang diharamkan.
Perlu diketahui bahwa setiap amal perbuatan yang tidak menyalahi hukum syarak, tidak berlawanan dengan nash (kitab Allah dan Sunnah Rasul), dan tidak mendatangkan akibat buruk, tidaklah termasuk bid’ah. Jadi selama perbuatan tidak merugikan orang lain dan dirinya sendiri, dan bahkan mendatangkan manfaat dalam kehidupan ini, maka ia bukan bid’ah.
Mantra tak ubahnya seperti doa-doa khusus. Contoh dalam islam, ada doa-doa yang diajarkan para nabi dan ulama untuk keperluan-keperluan khusus seperti kerezekian, menyembuhkan, menangkal wabah, mengusir jin pengganggu dan sebagainya. Bedanya, mantra yang diajarkan oleh para leluhur lebih mudah dipahami karena menggunakan bahasa daerah setempat dan sedikit bahasa arab. Sedangkan isi dari tujuan mantra tetap memohon kepada Tuhan.

WEDARAN MANTRA

Mantra itu bekerja. Hitam atau putih, sama saja.
Memiliki perwatakan dan tugas tertentu di dunia.
Tidak pernah mengingkari, selama tinggal di jiwa yang mengakui.
Ia bersumber dari sebentuk zat yang tidak pernah dapat dimengerti dan mustahil untuk dijelajahi.
Diwariskan turun temurun, awalnya secara lisan kemudian dituliskan.
Dari sebuah zaman, ketika manusia masih menghormati dan bersekutu dengan alam sekitarnya.
Terlahir dari rasa ingin tahu tentang misteri hidup dan asal muasal kehidupan.
Bermula dari sebuah pencarian tentang hakekat ingsun sejati, sedulur sejati, dan sukma sejati.
Diturunkan oleh wahyu sejati dan dititahkan melalui sabda sejati. Ia abadi.(Ki Agung Pranoto)

Wedaran Mantra

Hampir setiap Ilmu Spiritual dan ilmu kedigdayaan pasti memiliki Mantra. Bahkan semua doa pasti memuat mantra. Karena Mantra adalah suatu bentuk permohonan. Sebagai sarana permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk bermacam-macam tujuan tertentu dari sang pembacanya.
Mantra berasal dari bahasa Sanskerta yaitu MAN yang artinya PIKIRAN, dan TRA yang berarti PEMBEBASAN. Jadi Mantra adalah kegiatan membebaskan pikiran. Ketika seseorang sedang membaca mantra maka disaat itu juga selain sedang menjalin komunikasi dan permohonan kepada Yang Kuasa, mantra dengan kata yang ber-rima memungkinkan orang yang membaca mantra semakin rileks dan masuk pada keadaan hening, suwung atau trance.
Dari kehendak Yang Maha Kuasa dan keadaan suwung itulah akan terjadi keajaiban-keajaiban suatu mantra.
Jadi Mantra adalah susunan kata yang berunsur puisi (rima dan irama) yang diyakini dapat menghasilkan energi ghaib jika diucapkan oleh orang yang menguasai ilmu mantra. Biasanya diucapkan oleh dukun, pawang, spiritualis, atau orang yang telah mengetahui tatacara dan syarat untuk menggunakan mantra tersebut.
Asal mula mantra umumnya diperoleh dari ilham atau diciptakan oleh seorang dukun atau guru spiritual yang mumpuni. Terlahir dari rasa ingin tahu tentang misteri hidup dan pencarian tentang hakekat kesejatian. Berawal dari keyakinan adanya Yang Maha Kuasa maka lahirlah rapal Mantra sebagai suatu bentuk sarana permohonan.
Ada bermacam-macam bentuk mantra, yaitu mantra suara, mantra gambar (rajah, wafaq dll), Mantra yang dimasukan dalam benda (keris dll), ada mantra yang dirupakan dengan gerak dan ada pula mantra dalam bentuk upacara tertentu.
Istilah Mantra lebih dikenal dalam tradisi Hindu dan Budha disebut Mantra Galib, di Arab disebut Doa atau Ru’yah. DiJawa disebut Donga, Rapal atau Aji-aji. Sebenarnya semua sebutan tersebut memiliki kesamaan makna.
Mantra memang memiliki keunikan dan ciri khas dibanding dengan lafal Doa pada umumnya. Kalimat mantra kaya dengan metafora dengan gaya bahasa yang hiperbola. Sebagian mantra ada yang menggunakan bahasa yang sulit untuk dipahami. Bahkan adakalanya, sang perapal sendiri tidak memahami arti sebenarnya mantra yang dibacanya. Dia hanya memahami kapan dan bagaimana mantra tersebut dibaca dan untuk apa tujuannya. Hanya orang yang ahli mantra (para pinisepuh mantra) saja yang bisa mengerti bahasa mantra secara sejati.
Sebagian penggunaan mantra juga sangat sakral dan mistis. Mantra tidak boleh diucapkan sembarangan, karena bacaannya dianggap keramat. Misalnya pada Mantra Pengusir Makhluk Halus, para guru melarang untuk membacanya didekat anak kecil dan ibu yang sedang hamil. Karena bisa mempengaruhi kesehatan janin yang sedang dikandungnya.
Mantra bukan hanya sekedar ilmu Sugesti. Atraksi-atraksi supranatural yang sering kita lihat seperti debus, ilmu kekebalan, atau ilmu gendam dan pelet, diakui atau tidak, sungguh-sungguh efek yang dihasilkan dari kekuatan ghaib dari pembacaan mantra. Sugesti hanya bisa mempengaruhi pikiran dan kondisi perasaan, tapi tidak bisa mengubah metabolisme tubuh. Contoh, sugestikan diri anda bahwa api tidak panas dan tidak menghanguskan, kemudian jilatlah dengan lidah sebuah lempengan besi membara dari seorang pande besi. Apa yang terjadi?!
Mantra hanya akan bekerja di tangan orang yang telah menjalani penempaan batin melalui berpuasa, semedhi atau tirakat lainnya. Tanpa dasar itu, alaunan mantra hanya seirama dengan sebuah bacaan sastra. Seolah tidak mengandung apa-apa.
Dari generasi ke generasi mantra diwariskan. Tetap sama baik format maupun bahasanya. Mencari orang yang berniat membaca dan menerapkannya. Menunggu dengan penuh kesabaran dibalik pintu dan jendela. Beredar tanpa kasak kusuk. Dan suatu saat kembali dianut seseorang. Mantra akan selalu abadi.

Tata Cara Membaca Mantra


Setiap orang memiliki satu tindakan magis yang dipercaya mampu untuk mendatangkan keberuntungan dan kesialan. Contohnya, saat memilih baju, membeli nomor handphone, atau memilih warna. Jauh di dalam lubuk hati, kita memiliki keyakinan  tertentu yang menjadi pemicu sugesti di dalam diri. Jasi sebenarnya setiap orang memiliki tindakan gaib yang tidak rasional namun tetap dilakukan meskipun susah dicari alasannya. Pada kesempatan kali ini, kita akan belajar tentang tata cara mengucapkan
Mantra sebagai elemen dasar ilmu gaib.

 Salah satu elemen ilmu gaib yang utama adalah
Mantra. Ada banyak hal yang memberikan kontribusi bagi keberhasilan atau kegagalan Mantra. Berikut ini dapat membantu Kita untuk mengetahui tentang kenapa Mantra bisa berhasil dan kenapa bisa gagal.

 Fase Bulan
Mengetahui Fase Bulan yang tepat adalah salah satu kunci keberhasilan dalam mengucapkan
Mantra. Sama seperti seorang petani dapat menanam benihnya atau bagaimana ikan bertelur pada saat bulan purnama. Bulan purnama sangat membantu Kita saat bermantra, tetapi beberapa Mantra bekerja lebih baik pada fase-fase lain. Jadi pilih fase bulan yang tepat sesuai Mantra yang diinginkan.

Ada 4 fase bulan, dan setiap fase berlangsung selama 7 hari. Sebagai contoh banyak orang berpikir bahwa fase ‘Full
Moon’ berlangsung hanya satu malam, padahal anggapan ini salah. ‘Full Moon’ sebenarnya adalah 3 hari, hari, dan 3 hari setelah tanggal di mana bulan adalah sepenuhnya. Berikut ini adalah tahap:

FASE BULAN BARU (New Moon): Selama fase ini
mantra yang menyingkirkan hal-hal yang akan memiliki tingkat keberhasilan yang terbaik.

WAXING
MOON – Selama fase ini mantra yang memperoleh sesuatu (uang, rambut, dll) akan berada di puncak.

FASE BULAN PENUH (Full Moon): Semua gaib jauh lebih kuat pada malam bulan purnama. Pada saat bulan penuh ini pilihlah
mantra yang berhubungan dengan kekuasaan dan energi magis karena akan menjadi sangat kuat.

WANING MOON – Selama fase ini
mantra yang berhubungan penghancuran akan bekerja dengan baik.

Bahan yang tepat dan persediaan.
Kita harus menggunakan bahan-bahan atau sarana yang benar. Sebagai contoh tidak boleh menggunakan lilin hijau untuk
mantra pengasihan cinta, tapi gunakan lilin merah. Lilin hijau cocok untuk mantra mendatangkan uang. Bahan ajaib memiliki efek yang jauh lebih besar daripada benda-benda biasa.

Kondisi Mental
Ketika mengucapkan
Mantra Kita harus berfokus pada Mantra, target, dan emosi dari Mantra. Ketika mengucapkan Mantra cinta, Kita harus memiliki cinta dalam hati Kita, bukan kebencian. Demikian juga ketika mengucapkan Mantra pemisah, Kita harus memiliki kebencian untuk orang yang Kita tuju. Jika Kita berada dalam suasana hati yang bahagia saat akan mengucapkan Mantra penghancuran, Mantra tidak akan bekerja. Kita juga harus percaya sepenuhnya pada Mantra dan kekuatan gaib.

Pengalaman
Semakin banyak pengalaman yang Kita miliki dengan ilmu gaib, semakin besar efek dari
Mantra Kita lemparkan. Jika kita membaca  Mantra sekali sebulan, Kita tidak akan mampu melemparkan Mantra dengan kuat. Kita harus mengeluarkan banyak Mantra dan menjadi akrab dengan nuansa gaib sebelum Kita dapat mengontrol sepenuhnya. Terlalu sering orang merasa frustrasi setelah hanya mengucapkan satu atau dua Mantra gaib kemudian menyerah. Untuk memulai latihan, biasanya memakan waktu beberapa kali agar Mantra bekerja dengan sukses.

Energi
Magis yang dibangun
Ada banyak
Mantra dan ritual yang akan membangunkan energi dan kekuatan magis. Yang terbaik adalah praktek gaib. Dengan cara ini Kita mendapatkan lebih banyak pengalaman dan pada saat yang sama Kita sedang membangun kekuatan magis. Semakin banyak energi magis dibangun, maka semakin kuat pula Mantra Kita. Kita harus percaya pada Mantra. Kita sendiri. Jika Kita tidak percaya, Mantra tidak mungkin bekerja. Ilmu gaib bukan permainan sulap. Kita harus berkomitmen diri untuk membangun kekuatan gaib secara benar.

Kehendak Semesta
Tidak peduli seberapa baik bahan yang Kita siapkan, berapa banyak energi kekuatan gaib yang Kita miliki, Kita tidak dapat mengubah apa kehendak alam semesta ini.

Peraturan Dasar dan Umum membaca Aji
Mantra
Baca lebih dulu :

Segala sesuatu yang terdapat di alam ini memiliki roh. Baik itu manusia, hewan, tumbuhan, matahari, bulan, planet bahkan alam semesta ini. Masing-masing roh tersebut memiliki ciri kekuatan tersendiri dan saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tercipta satu harmonisasi yang luar biasa.

Hanya ada satu jenis roh di alam semesta ini yang kita kenal, karena itu seringkali kita dengar atau baca cerita mengenai seorang Jagoan atau Pendekar yang menggunakan kekuatan salah satu binatang, matahari, bumi atau apapun. Dan memang itu bisa terjadi apabila seseorang bisa menggali dan mempelajarinya.

Aji
Mantra
Mantera
Ajian atau
Mantera bekerja dalam dimensi roh, sebagaimana telah diketahui bahwa roh berpengaruh sangat besar atas tubuh dan jiwa (baca: ”Tubuh, Jiwa dan Roh”)

Untuk menggunakan Ajian atau mantera pastikan hal ini:

    * Mengucap pasti dengan sepenuh hati
    * Konsentrasi, Fokus dan tertuju pada apa yang kita inginkan
    * Percaya hal itu pasti terjadi, karena kita sudah lebih memperkuat rohani kita dengan syarat dan ritual yang telah dilakukan.

Karena itu kami sangat menyarankan agar dalam menggunakan ajian mantera ini hendaknya dilakukan dengan penuh hormat dan mengikuti ritual yang disyaratkan.

    Satu lagi hal yang penting,kami tidak bertanggung jawab atas efek atau akibat yang mungkin timbul akibat penggunaan mantera ini terhadap orang lain/diri anda sendiri.
                                                                                                                    
“Tata Cara Singkat Membaca Mantra Suci”

Membaca Mantra bermanfaat dalam proses pembinaan spiritual, dan sekaligus menerima berkah dari para Mahluk Suci. Seperti halnya pembinaan spiritual lainnya, membaca Mantra mempunyai berbagai macam tingkatan tergantung dari tingkat kehidupan spiritual masing-masing para mahluk. Atas petunjuk dari Guru, kami hanya dapat menayangkan cara singkat yang sangat mudah bagi para pemula yang ingin membaca MANTRA.
 

1. Kedua tangan harus dibersihkan dengan air bersih

2.
Mulut harus dikumur bersih dengan air bersih

3. Sebaiknya meminum segelas air putih bersih.

4. Jika memungkinkan ambil posisi lotus (meditasi).

5. Ambil nafas dalam-dalam hingga keperut, lalu hembuskan perlahan-lahan hingga habis. Ulangi 3x.

6. Letakan mala ditangan kiri, pegang dengan 4 jari (kecuali ibu jari).

7. Bayangkan Kehadiran
Mahluk Suci dihadapkan kita memancarkan sinar hingga menyinari seluruh tubuh kita.


8. Ibu jari lalu menarik satu butir mala kedalam sambil mengucapkan
Mantra dalam hati, dan seterusnya hingga beberapa putaran mala.
   
Perhatian:

   1. Bagi para pemula, jangan membaca
Mantra terlalu cepat.
   
   2. Jaga irama tempo yang seirama, sehingga dapat dihayati maknanya satu persatu.
   
   3. Usahakan jangan berhenti ditengah putaran mala, selesaikan dahulu putaran mala hingga selesai
.        

ANEKA RAGAM LAKU & MANTRA

 "LAKU dan MANTRA"

Mantra dan laku atau Laku dan mantra. Dibolak balik tetap sama. Dua unsur pokok itu wajib ada agar sebuah amalan bisa ‘manjing’. Apa sesungguhnya mantra itu? Berikut kutipan paparan dari Christiana Dwi Wardhana dalam Seminar Nasional Naskah Kuno Nusantara, Jakarta 2-3 September 2003.

Mantra adalah perkataan atau ucapan yang mampu untuk mendatangkan daya gaib, menyembuhkan, mendatangkan celaka dan sebagainya. Susunan kata berunsur puisi yang dianggap mengandung kekuatan gaib ini biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain. Mantra juga dapat disamakan dengan doa.

Dalam tradisi Jawa, mantra disebut pula dengan japa, japa mantra, kemad, peled, aji-aji, rajah, donga, sidikara yang semuanya dianggap mempunya daya kekuatan gaib. Mantra jika dibaca dengan bersuara disebut di-mel-kan dan kalau hanya dibaca dalam hati disebut matek mantra atau matek aji.

Wujud mantra ada beberapa macam di antaranya: (1) Mantra dalam wujud kata-kata/puisi lisan yang dibaca dalam batin disebut japa mantra, aji-aji dan rapal. (2). Mantra dalam wujud tulisan misalnya tertulis pada kain, kertas, kulit disebut rajah. (3). Mantra yang ditanam pada benda disebut jimat, aji-aji.

Berdasakan atas fungsinya dan kandungan kekuatan magis mistisnya, mantra dapat digolongan menjadi 4 jenis:

(1)
MANTRA JAYA KAWIJAYAN: untuk kekuatan dan kemenangan. MISALNYA SEMAR KUNING: Aku umbulna menyang Suralaya, Jalukna Klambiku si Klonthong Wesi, Sabet nggeng, Lot kelot-kelot, Teguh alot, Ya iki klambiku si Klonthong Wesi. Mantra ini digunakan untuk kekebalan dari tusukan senjata tajam dan pukulan.

(2).
MANTRA PANULAKAN, untuk menolak dan kandungan kekuatannya mampu untuk mengembalikan atau merintangi kekuatan lain yang berasal dari lawan baik yang berasal dari manusia maupun kekuatan lain. GUMBALA GENI: Kuci-kuci omahku Gumbala Geni, Lurungku si Alas Agung, Ngarepku segara gunung, Latarku latar bengawan, Joganku jogan segara, Sapa sumedya tumerah ala marang aku, Kena katujawa bingleng, Teka bingleng teka bungleng saking kersane Allah. Mantra ini menolak perbuatan jabat dan membuat bingung pihak lain.

(3) 
MANTRA PENGASIHAN, untuk menimbulkan cinta dan mempunyai kandungan kekuatan yang mampu mengubah atau menimbulkan rasa cinta kasih seseorang. Contoh:MANTRA  JARAN GOYANG: Bismillahirrohmanir rohim, Niyat ingsung matek ajiku si Jaran Goyang, Sabete sada lanang, Tak sabetake gunung jugruk, Tak sabetake segara asat, Tak sabetake lemah bongkah, Sira mulya ingsun kongkon, Golekana jabang bayine … (nama dimaksud), Caketna marang jabang bayine …. (nama diri) Yen bocah turu gugahen, Yen wis nglilir lungguhna, Yen wis ngadeg lakokna, Caketna marang jabang bayine … (nama diri), Ora suwe tak enteni, Neng ngarep lawang Medinah, Aku durung pati-pati lunga, Yen durung caket jabang bayine …. (nama dimaksud), Wassalammu alaikum warrohmatullahi wabarokatuh.

Contoh lain: 
MANTRA MELAYU PENAMBAT KASIH Ini mantra yang dipraktekkan oleh pria Melayu untuk menambatkan wanita sang pujaan hati agar tidak serong karena terpuaskan dalam hubungan intim. Sebelum berhubungan intim, tubuh harus mandi dan memakai parfum yang harum. Mantra ini diucapkan satu kali oleh sang suami menjelang bersetubuh. Bismillahir Rahmanir Rahim, Cang cang setandang besi, Anak harimau setandang malam, Keras kalam menjadi besi, Keras siang hingga ke malam, Keras seperti besi khursaini, Panah batu, batu runtuh, Panah gunung, gunung runtuh, Panah selera dengan aku, Oh nyaman, oh berkat aku pakai, Dengan berkat La ilaha illa llah

4. 
MANTRA PALEREMAN. Fungsinya untuk meredakan kemarahan orang lain yang marah kepada kita. Kandungan kekuatannya mampu menetralisir emosi negatif agar tenang dan netral. Diucapkan saat ada orang lain marah. Misalnya  MANTRA PANGLARUTAN: Sukma rasa sira sun kongkon laruten banyune Si ……. (sebut nama dimaksud), Cucupen banyune lan ilangana karepe, Lemes lemes saking kersane Allah.

Di dalam mantra yang lengkap tercakup unsur judul, unsur pembuka, unsur niat, unsur sugesti, unsur tujuan dan unsur penutup. Unsur sugesti merupakan unsur yang PALING PENTING DAN PALING POKOK dalam struktur mantra. Unsur sugesti memiliki daya atau kekuatan untuk membangkitkan potensi kekuatan magis atau kekuatan gaib. Mengingat mantra memiliki spesifikasi, maka unsur sugesti pada mantra berbeda-beda meskipun fungsinya bisa sama. Misalnya, sama-sama berfungsi untuk pengasihan, namun tiap mantra unsur sugestinya beda. Unsur sugesti berupa ungkapan metafora atau analogi yang bersfta INDIVDUAL UTTERANCE.
Misalnya pada Aji bandung Bandawasa: “Matek ajiku bandung Bandawasa, Ototku kawat, Balungku wesi, Kulitku tembaga, Sabet nggeng, Lot kelot kelot, Teguh alot”

Meskipun UNSUR SUGESTI ini sangat penting namun sama sekali tidak berlaku jika tidak diikuti dengan unsur LAKU. Jadi aspek magis mistis sebuah amalan berpusat pada unsur SUGESTI dan LAKU MISTIK pengamalnya. Jika diperhatikan, unsur sugesti yang dianggap memiliki daya magis dapat dipilah menjadi beberapa macam:

(1). Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan alam, binatang, bunga. (2). Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan mitos tokoh baik dari dunia perwayangan maupun tokoh mitologi (3) Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan Allah, Malaikat, nabi, Dewa, Raja, resi atau Pertapa.

Seberapa jauh Laku Mistik dapat menjamin keberhasilan amalan? Keberhasilannya sifatnya tergantung penghayatan subyektif. Laku mistik berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan seseorang. Semakin sungguh-sungguh dan yakin seyakin-yakinnya saat menjalani laku amalan maka amalan ajian akan bisa berhasil.Silahkan KLIK tulisan "MANTRA"
anda akan temukan apa yang anda cari dan butuhkan sebagai piandel dalam menyelesaikan problema hidup.

Tradisi Jawa mengenal laku mistik yaitu:
(1). PUASA.
PUASA BIASA seperti saat puasa Ramadhan. Ada yang hanya makan sekali saat tengah malam. PUASA MUTIH: hanya makan makan nasi putih, minum air putih. Mutih ada beberapa cara: NGEPEL yaitu banyaknya makan diukur dengan jumlah hari lama berpuasa, Sekali makan tidak tambah, makan hanya diwaktu siang atau malam.
PUASA NGROWOT: makan berasal dari makanan yang berasal dari tanah dan harus tawar. Pelaksanaannya seperti puasa biasa atau puasa mutih.
PUASA NGALONG: yang dimakan hanya makanan jenis buah-buahan dan harus tawar, pelaksanaan seperti biasa.
(2). NGEBLENG: tidak makan-minum, waktu biasanya sehari semalam. Tidak boleh keluar rumah.
(3). NLOWONG: tidak makan minum, waktu sehari semalam, tidak terbatas ruangan.
(4). PATI GENI: tidak menghidupkan api dan berada di dalam ruangan tertutup.
(5). KUNGKUM: berendam di air sungai, menantang arus air dan dipertemuan arus sungai.
(6). MELEK: tidak tidur siang malam, baik di dalam maupun di luar rumah.
(7). MENDEM: mengubur diri di dalam tanah dengan udara secukupnya dengan sikap seperti orang mati
(8). NGEDAN: bertingkah seperti orang gila di tempat umum
(9). BISU: tidak bicara
(10). BERJALAN: tidak boleh duduk. Boleh istirahat, tidur, makan, minum sambil berdiri. Tidak boleh masuk rumah/ruang.
(11). SESIRIK: menjauhi segala kesenangan.
Dan lain-lain.